Alhamdulillah anak kedua saya sudah lahir pada tanggal 23 september lalu.
Oh iya, sebelum lupa, saya mau cerita nih kalau selama kehamilan ini, ada aplikasi yang sangat membantu saya, namanya The Asian Parent. The Asian Parent juga bisa diakses melalui web di https://id.theasianparent.com/. Dengan aplikasi ini, saya bisa tahu perkembangan janin didalam kandungan saya setiap minggunya. Selain itu, terdapat banyak artikel seputar kehamilan yang bisa saya baca. Saya juga bisa mencari info dengan bertanya ke sesama mommy pengguna aplikasi The Asian Parent melalui postingan pada aplikasinya. Bahkan setelah lahir pun, aplikasi ini masih sering sekali saya gunakan untuk melihat tumbuh kembang anak, seputar pernikahan, resep mpasi, dan lain-lain. Pokoknya aplikasi ini recommended banget deh. Satu aplikasi tapi semua ada disana.
Oh iya moms, tapi jangan dikira kalau BB naik sedikit berarti BB janin juga kurang ya.. Itu bukanlah menjadi patokan atau tolok ukur. Pada kasus saya, BB janin bagus. Bahkan pada saat saya didiagnosa oleh dokter menderita anemia, BB janin sesuai. Cuma kata dokter, yang perlu diperhatikan adalah, BB janin cukup bukan berarti nutrisi nya juga cukup. Karena kalau ibunya anemia, yaa kemungkinan besar janin juga anemia. Karena dia mau ambil nutrisi darimana kalau ibunya saja kurang nutrisi?
Usia kehamilan 38 minggu berlalu, 39 minggu berlalu, masih belum ada kontraksi ataupun tanda-tanda persalinan. Ternyata posisi kepala bayi masih belum pas juga, sehingga belum nekan banget kebawah, jadi mesti dibuat kontraksi dulu biar ada dorongan kebawah. Padahal saya sudah melakukan segala cara dari rutin jalan kaki, nungging, sering berhubungan badan, senam hamil, latihan nafas, sampai afirmasi terus ke baby, tapi sepertinya memang baby masih betah didalam.
Akhirnya dengan pertimbangan BB janin yang sudah hampir
menyentuh 3,5 kg, dan usia kehamilan yang dinilai sudah matang yaitu 39 minggu,
maka dokter memberi opsi untuk induksi. Saya yang sudah ngeri-ngeri sedap
membayangkan lahiran normal dengan BB janin besar, langsung memutuskan untuk setuju induksi.
Setelah tes swab (ya, di masa pandemi, yang akan melahirkan dan mendampingi diwajibkan tes swab), dan melakukan proses induksi (yang rasanya lebih sakit dan lebih lama daripada saat melahirkan anak pertama saya) lahirlah anak kedua saya yang bernama Ken Abizar Mahardika
Alhamdulillah..
Intinya sih, jangan pernah bandingkan atau samakan kehamilan anak pertama, kedua dan lainnya ya moms. Karena setiap kehamilan itu
unik. Punya keistimewaan sendiri-sendiri. Saya yang mengira hamil dan
melahirkan anak kedua bakal lebih mudah dan cepat prosesnya, nyatanya tidak
juga. Mungkin kita jadi merasa lebih santai dan tidak
terlalu parnoan, tapi kalau dibilang hamil pertama paling sakit, hamil kedua
dan seterusnya pasti lebih mudah, itu mitos yah moms...
With Love,
Kikie