Sabtu, 04 Juli 2015

Tes Kesehatan (di Puskesmas) Sebelum Menikah

Haii.. Kali ini aku mau share tentang pengalaman tes kesehatan di puskesmas untuk syarat daftar pernikahan di KUA.

Awalnya sih gak niat mau tes kesehatan hari itu, tapi karena pas ngurus keperluan pernikahan di kelurahan langsung dapet surat pengantar untuk tes kesehatan dan surat untuk ke KUA, jadi aku pikir sekalian aja diselesein semua urusannya hari itu juga.

Begitu tiba di puskesmas, aku langsung kasih surat pengantarnya ke bagian pendaftaran. Setelah itu, ditanyain sama orang puskesmasnya dateng sama calon suaminya apa cuma sendiri. Berhubung kemaren gak ada mas lucky, jadilah aku tes kesehatan sendiri. Sedangkan tes kesehatan untuk calon pengantin prianya bisa menyusul ditempat terpisah.

Tes kesehatan di puskesmas sendiri terdiri dari tes darah, urine, pemeriksaan kandungan, suntik TT, pemeriksaan gigi, pemeriksaan gizi, dan tes psikologi. Lumayan rempong yaaa.. hehe.. Sebenernya untuk pemeriksaannya sendiri gak lama sih, antreannya pun gak terlalu lama. Sempet kepikiran buat ninggal dulu untuk ngurus di KUA kalo lama dipanggil, tapi ternyata lumayan cepet juga.

Tes pertama yang aku jalani yaitu tes kandungan dan suntik TT. Disini pertama-tama aku disuruh nimbang dulu, terus dicek tensinya, ditanyain tinggi badan, dan kapan menstruasi terakhir. Setelah itu aku disuruh berbaring dan dokternya meraba-raba bagian perut untuk ditanyain sakit gak, terus kalau mens suka nyeri gak, dll. Begitu selesai, langsung deh disuntik TT. Dokter memberikan kertas berisi tabel jadwal suntik TT. Suntik TT sendiri sebenernya diberikan hingga 5x secara berkala. Tenggat waktu dari tiap suntik ada yang sebulan hingga 12 bulan. Tujuannya adalah agar jika hamil, janin terlindungi dari tetanus (kurang lebih gitu sih yaaa). Jadi, jika kita suntik secara teratur menurut jadwal, kita bakal terproteksi dari penyakit tetanus sampai 25 tahun. Tapi entah kenapa, dokter malah langsung memberikan keterangan pada tabel untuk kolom suntik TT ketiga, dan bukan pada kolom suntik TT pertama. Waktu itu sih gak ngeh jadi gak sempet tanya. hihihi..

Tes kedua adalah tes darah dan tes urine. Kalau tes darah sih biasa aja, tapi pas tes urine agak risih juga karena harus nampung pipis padahal lagi gak pengen pipis karena puasa. Jadinya pipisnya dikit banget. Hihi.. Urinnya buat dicek pake tes pack hamil atau nggak. Gitu.

Tes ketiga yaitu pemeriksaan gigi. Sempet kepikiran juga buat apa tes gigi bagi calon pengantin. Setelah googling baru tau ternyata pemeriksaan gigi buat antisipasi kalo ada masalah di gigi ataupun gigi berlubang, jadi bisa disembuhin atau dilakukan tindakan sebelum menikah. Karena ketika hamil tidak bisa dilakukan pencabutan gigi atau tindakan lainnya karena ditakutkan berimbas pada janin. 

Setelah selesai tes gigi, selanjutnya yaitu tes psikologi. Disini nih tes yang paling lama. Pada sesi ini kita akan diberikan pertanyaan seputar hubungan dengan calon suami hingga tujuan menikah dalam jangka panjang. Jujur disini agak nervous juga karena gak prepare. Tapi lumayan bisa jawab dengan lancar dan jujur untuk tiap pertanyaan yang diajukan. Tes ini bertujuan untuk melihat bagaimana kesiapan mental dari calon pengantin untuk mengarungi bahtera rumah tangga. ceilahh..
Beberapa pertanyaan yang diajukan diantaranya adalah :
  • berapa lama hubungan yang sudah dijalani?
  • seberapa jauh anda mengenal calon suami dan bagaimana karakternya?
  • bagaimana hubungan dengan keluarga calon suami?
  • apa konflik yang sering terjadi dan bagaimana cara mengatasi konflik tersebut?
  • apa tujuan untuk menikah?
  • apa yang membuat anda yakin dengan pasangan?
  • apakah akan menunda atau segera memiliki anak?
  • apa rencana kedepannya dalam mendidik anak? apa pola asuh yang akan diterapkan? bagaimana pendidikannya dikemudian hari?
  • kenapa menutuskan menikah di usia yang relatif muda?
  • dan seabrek pertanyaan lainnya....
Pokoknya untuk sesi ini usahakan untuk selalu menjawab dengan jujur. Bahkan jika ada yang ingin ditanyakan, justru ini merupakan saat yang tepat untuk mendapatkan masukan dari psikolog. Dalam sesi ini psikolog tidak hanya menanyakan pertanyaan pada kita, tapi juga memberikan advice-advice sebagai bekal kedepannya dalam membina rumah tangga. Aku suka banget sama sesi test psikologi ini.

Tes terakhir yaitu tes gizi. Untuk tes ini sih gak terlalu gimana-gimana ya. Cuma ditanya berat badan, tinggi badan, dan kemarin seharian makan apa aja. Kemudian ditanyain juga sering olahraga gak, makan sayur, dan apakah berat badannya stabil atau enggak. terus di kalkulasi asupan gizinya dan juga dikasih advice bagaimana menjalani pola hidup sehat. 

Setelah menjalani serangkaian tes, baru deh nanti kita dapet surat keterangan yang ada pilihan sehat untuk melakukan pernikahan ataupun harus ditunda dulu karena kurang sehat. Alhamdulillah hasilnya sehat, jadi boleh melangsungkan pernikahan. hehe. surat itu yang kemudian dibawa ke KUA beserta surat-surat dari kelurahan sebagai syarat pendaftaran pernikahan. Sayang banget gak ada foto-foto berkasnya karena langsung dikasihin ke pihak KUA. hehehe..

Oke, sekian dulu. Semoga berguna yaa infonya. :)

Rabu, 01 Juli 2015

Review Film : The Age of Adaline



Hai guys.. Kali ini aku mau review film yang ceritanya cukup unik, yaitu The Age of Adaline.

Adaline Bowman, mengalami hal ajaib pada usianya yang ke 29 tahun. Ia mengalami kecelakaan, dan sejak saat itu, Ia tidak pernah menua. Hal ini menyebabkan Ia harus mengganti identitasnya dan hidup secara berpindah-pindah agar orang lain tidak menaruh curiga padanya. Ia pun selalu berusaha menghindari hubungan yang terlalu dekat pada orang-orang disekitarnya. Satu-satunya orang tahu mengenai keanehan yang dialaminya hanyalah anaknya sendiri, yaitu Flemming.

Hari-hari Adaline semakin rumit ketika seorang pegusaha kaya jatuh hati padanya, Ellis Jones. Adaline yang sebenarnya juga mempunyai rasa yang sama pada Ellis memutuskan untuk meninggalkan Ellis karena tak ingin identitasnya terkuak. Namun, sebenarnya Adaline juga merasa lelah untuk selalu berlari, selalu menghindar dari setiap orang disekelilingnya.

Kasus unik dalam film ini mengingatkan pada film The Curious Case of Benjamin Button, yaitu sebuah film yang bercerita tentang Benjamin yang terlahir dalam kondisi tua namun semakin bertambahnya umur, fisiknya justru semakin muda. Meskipun ceritanya berbeda, namun kedua film tersebut sama-sama merupakan kisah fiksi yang sangat unik.

Overall, The Age of Adaline merupakan film yang sangat menarik, dan membuat orang-orang yang menonton penasaran pada ending filmnya. Walaupun fiksi, kisahnya membawa pesan atau malah sindiran yang cukup mengena, dimana kebanyakan orang menginginkan umur yang selalu muda. Namun ternyata kisah ini justru memperlihatkan dimana Adaline sebenarnya kesepian, dan sedih karena melihat orang-orang disekelilingnya bertambah tua (termasuk anaknya sendiri). Bahkan walaupun dia hidup lama, Ia tidak menikmati hidupnya.


Nilai : 8/10





Review Film : Insidious Chapter 3



Siapa yang tidak tahu film horor Insidious? Apalagi bagi para pecinta film horor pasti sudah tidak asing lagi dengan film yang satu ini. Film Insidious saat ini sudah mencapai chapter ke 3, dimana pada chapter-chapter sebelumnya, film ini bisa dikatakan cukup sukses membuat bulu kuduk pada penontonnya merinding.

Nah, kali ini aku mau review film Insidious Chapter 3 nih. Chapter kali ini masih menggunakan alur mundur yaitu menceritakan kejadian sebelum Insidious yang kedua. Cerita ini berawal pada saat seorang remaja bernama Quinn Brenner yang telah ditinggalkan oleh ibunya satu setengah tahun yang lalu akibat penyakit kanker yang dideritanya merindukan ibunya tersebut. Quinn yang rindu pada ibunya berusaha untuk berkomunikasi dengan ibunya yang telah tiada. Dia mendapati hal-hal aneh yang menurutnya adalah sinyal dari Ibunya yang ingin berkomunikasi dengannya. Ia pun kemudian menemui Elise (seorang cenayang yang ada di film-film Insidious sebelumnya) untuk membantunya berkomunikasi dengan ibunya tersebut. Pada awalnya Elise tidak mau membantu Karena Ia telah memutuskan untuk berhenti menjadi cenayang. Namun, karena Ia merasa kasihan pada Quinn yang sudah jauh-jauh datang kerumahnya, Elise pun mau membantunya untuk berkomunikasi dengan Ibu Quinn, yaitu Lily Benner. Namun pada saat Elise berusaha memanggilnya, yang datang justru bukan Lily, dan selama ini yang berusaha berkomunikasi dengan Quinn juga bukan Ibunya. Sejak saat itu terror yang dialami Quinn semakin sering hingga akhirnya dia terus mengalami gangguan-gangguan yang mengancam jiwanya.

Menurut aku film ini cukup bisa membuat kaget bagi para penontonnya, namun dari segi cerita cenderung memaksakan untuk “nyambung” dengan film Insidious chapter-chapter sebelumnya. Ada juga beberapa bagian yang cenderung bertele-tele sehingga part mencekamnya bisa dikatakan kurang. Selain itu, ada part-part film yang cenderung aneh dan membuat kita mengernyitkan dahi. haha.. But over all, film ini tetap bisa menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu di akhir pekan maupun di waktu luang. Apalagi dengan munculnya dua pria yang berprofesi sebagai Ghost Hunter (yang juga sudah muncul pada Insidious Part 2) yang menambahkan part komedi dalam film ini.


Nilai : 6.5/10

P.S : Walaupun film Insidious chapter 3 ini  berisi kasus yang berbeda, namun tetap ada benang merahnya., sehingga sebaiknya tontonlah terlebih dahulu film-film Insidious sebelumnya agar lebih jelas jalan ceritanya.